Pengertian
Hipotesis
Pengertian Hipotesis Dalam Penelitian.
Hipotesa berasal dari penggalan kata ”hypo” yang artinya ”di bawah” dan thesa”
yang artinya ”kebenaran”, jadi hipotesa yang kemudian cara menulisnya
disesuaikan dengan ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa dan berkembangan
menjadi Hipotesa.
Pengertian Hipotesa menurut Sutrisno
Hadi adalah tentang pemecahan masalah. Sering kali peneliti tidak dapat
memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan
diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk
tiap-tiap segi, dan mencari jawaban melalui penelitian yang dilakukan.
Dari kedua pernyataan tersebut di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis adalah suatu dugaan yang perlu
diketahui kebenarannya yang berarti dugaan itu mungkin benar mungkin salah.
Jenis-Jenis
Hipotesa
Menurut Suharsimi Arikunto, jenis
Hipotesa penelitian pendidikan dapat di golongkan menjadi dua yaitu :
1. Hipotesa
Kerja, atau disebut juga dengan Hipotesa alternatif (Ha). Hipotesa kerja
menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya
perbedaan antara dua kelompok.
2. Hipotesa
Nol (Null hypotheses) Ho. Hipotesa nol sering juga disebut Hipotesa
statistik,karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik,
yaitu diuji dengan perhitungan statistik. Bertolak pada pemikiran diatas dapat
penulis kemukakan bahwa dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis
kerja dan hipotesis nihil (nol).
Fungsi
Hipotesis
Fungsi penting hipotesis di dalam penelitian,
yaitu:
1. Untuk
menguji teori,
2. Mendorong
munculnya teori,
4. Sebagai
pedoman untuk mengarahkan penelitian,
5. Memberikan
kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan.
Tahap-Tahap
Pembentukan Hipotesis Secara Umum
Tahap-tahap pembentukan hipotesa pada
umumnya sebagai berikut:
1. Penentuan
masalah.
Dasar
penalaran ilmiah
ialah kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya timbul karena
sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak dapat diterangkan
berdasarkan hukum
atau teori
atau dalil-dalil ilmu yang
sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar dengan
perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan masalah
mendapat bentuk perumusan masalah.
2. Hipotesis
pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis).
Dugaan
atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini
digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, pengamatan
tidak akan terarah. Fakta
yang terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena tidak
relevan dengan masalah
yang dihadapi. Karena tidak dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian,
hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis keseluruhan penelitian,
namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya digunakan untuk melakukan uji coba
sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
3. Pengumpulan
fakta.
Dalam
penalaran ilmiah, di antara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas itu hanya
dipilih fakta-fakta yang relevan dengan hipotesa
preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan memilih
fakta.
4. Formulasi
hipotesa.
Pembentukan
hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika tidak dapat berkata
apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat hubungan tertentu di
antara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot
yang jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah
apel jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya
bahwa semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang
dikenal dengan hukum gravitasi.
5. Pengujian
hipotesa
Artinya,
mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diamati
dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran).
Apabila hipotesa terbukti cocok dengan fakta maka disebut konfirmasi. Falsifikasi(penyalahan)
terjadi jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan
hipotesa. Bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah oleh
fakta yang dinamakan koroborasi
(corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi dapat
disebut teori.
6. Aplikasi/penerapan.
Apabila
hipotesa itu benar dan dapat diadakan menjadi ramalan
(dalam istilah ilmiah disebut prediksi), dan ramalan itu
harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat
diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
Sebuah hipotesis atau
dugaan sementara yang baik hendaknya mengandung beberapa hal. Hal - hal
tersebut diantaranya :
1) Hipotesis harus mempunyai daya
penjelas
2) Hipotesis harus menyatakan hubungan
yang diharapkan ada di antara variabel-variabel- variabel.
3) Hipotesis harus dapat diuji
4) Hipotesis hendaknya konsistesis
dengan pengetahuan yang sudah ada.
5) Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana
dan seringkas mungkin.
Berikut ini beberapa
penjelasan mengenai Hipotesis yang baik :
- Hipotesis harus menduga Hubungan
diantara beberapa variabel
Hipotesis
harus dapat menduga hubungan antara dua variabel atau lebih, disini harus
dianalisis variabel-variabel yang dianggap turut mempengaruhi gejala-gejala
tertentu dan kemudian diselidiki sampai dimana perubahan dalam variabel yang
satu membawa perubahan pada variabel yang lain.
- Hipotesis harus Dapat Diuji
Hipotesis
harus dapat di uji untuk dapat menerima atau menolaknya, hal ini dapat
dilakukan dengan mengumpulkan data-data empiris.
- Hipotesis harus konsisten dengan
keberadaan ilmu pengetahuan
Hipotesis
tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam
beberapa masalah, dan terkhusus pada permulaan penelitian, ini harus
berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu
pengetahuan yang sudah siap ditetapkan sebagai dasar. Serta poin ini harus
sesuai dengan yang dibutuhkan untuk memeriksa literatur dengan tepat oleh
karena itu suatu hipotesis harus dirumuskan bedasar dari laporan penelitian
sebelumnya.
- Hipotesis Dinyatakan Secara Sederhana
Suatu
hipotesis akan dipresentasikan kedalam rumusan yang berbentuk kalimat
deklaratif, hipotesis dinyatakan secara singkat dan sempurna dalam
menyelesaikan apa yang dibutuhkan peneliti untuk membuktikan hipotesis
tersebut.
Menguji
Hipotesis
Suatu hipotesis harus
dapat diuji berdasarkan data empiris, yakni berdasarkan apa yang dapat diamati
dan dapat diukur. Untuk itu peneliti harus mencari situasi empiris yang memberi
data yang diperlukan. Setelah kita mengumpulkan data, selanjutnya kita harus
menyimpulkan hipotesis , apakah harus menerima atau menolak hipotesis. Ada
bahayanya seorang peneliti cenderung untuk menerima atau membenarkan
hipotesisnya, karena ia dipengaruhi bias atau perasangka. Dengan menggunakan
data kuantitatif yang diolah menurut ketentuan statistik dapat ditiadakan bias
itu sedapat mungkin, jadi seorang peneliti harus jujur, jangan memanipulasi
data, dan harus menjunjung tinggi penelitian sebagai usaha untuk mencari kebenaran.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar